Minggu, 14 November 2010

Meteor di Daratan Belitong


Belum sah rasanya jika anda mengunjungi Negeri Laskar Pelangi, Belitong, jika belum melihat atau memegang batu hitam langka yang hanya ada di Pulau Belitong, Sangiran dan negara-negara lain seperti Australia, Cekoslavia, dan Arab. Batuan itu dikenal dengan nama batu satam. Batu satam merupakan batuan hasil tabrakan meteor dengan bumi itu, yang menjadi serpihan-serpihan yang berkilauan bagaikan batu kaca, Batu langka berwarna hitam dengan urat-uratnya yang khas ini sering ditemukan di kedalaman ±50 meter,  yang ditemukan secara tak sengaja oleh penduduk yang sedang melakukan penambangan timah secara inkonvensional yang mana terbawa oleh pipa pompa penghisap air yang diarahkan ke sakan yaitu tempat untuk memisahkan pasir dan timah.
Istilah satam diambil dari bahasa warga keturunan Cina yang berada di Pulau Belitung.
SA yang artinya pasir, sedangkan TAM artinya empedu. Jadi satam berarti empedu pasir.
Sementara warga pribumi Belitung sendiri mengartikan satam adalah Batu hitam.
Namun berdasarkan keterangan dari buku De Ontwikkling Van Het Eiland Billiton-Maatschappij karangan Door J.C. Mollema yang diterbitkan S. Gravenhage, Martinus Nijhoff 1992, menuliskan seorang berkebangsaan Belanda yang bernama Ir. N Wing Easton dari Akademi Amesterdam di Belanda menamakan bebatuan meteor ini dengan istilah Billitonite yang artinya batu dari Pulau Belitung.
Di kalangan masyarakat Belitung sendiri, batu satam ini dipercaya mempunyai kekuatan magis sebagai penangkal penolak racun dan unsur makhluk-gaib. Namun bagi wisatawan yang berkunjung ke Pulau Timah ini, selalu menyempatkan diri membeli batu satam ini sebagai cendramata khas Pulau Belitung, yang dijadikan kalung, giwang, bros, cincin, tasbih, tongkat komando dan sebagainya, yang dikenal dengan istilah Kerajinan Satam.

Gambar : Batu satam. 
Batu yang dijual Rp20.000.000/kg ini merupakan buruan para pecinta batu antik


Sumber :
SCTV.com & Indosiar.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar